Berfikir Induktif

Senin, 23 Maret 2015
Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.

Contoh:
  • Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tamapan.
  • Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi: Semua bintang film berwajah tampan. Pernyataan

“semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya: Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajah tampan.

Macam-macam generalisasi:

A. Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.

Contoh: sensus penduduk

B. Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.


Hipotese dan Teori

Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.

Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk nyata yang dapat di amati dan di ukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasional, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.

Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris). Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).

Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis. Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis.

Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.

Analogi

Contoh Paragraf Analogi: Analogi adalah Penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya.

Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan. Berikut Contoh paragraf analogi. Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang membuat seseorang terjatuh. Adapula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya?. Begitu pula menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah seseorang sanggup melaluinya?. Jadi menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.

Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.

Hidup manusia ibarat roda yang terus berputar. Kadang ada di atas dan kadang beradadi bawah. Saat mereka berada di atas mereka bisa mendapatkan apapun yang merekainginkan, tapi sebaliknya ketika mereka berada di bawah sulit sekali untuk meraihkeinginan yang mereka dambakan. Ada kalanya bagi mereka yang sedang berada diatas janganlah bersikap sombong dan ingatlah bahwa kesuksesab tersebut hanya bersifat sementara. Dan bagi mereka yang berada di bawah, janganlah berputus asa.Karena masih banyak cara untuk mendapatkan kesuksesan tersebut yaitu dengan berusaha dan berdoa.

Membaca Paragraf Analogi

Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itumeraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dandermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk.Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.

Lanjutan Contoh Paragraf Analogi

Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akansombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaiandan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.

Hubungan kausal

Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

Macam hubungan kausal:

a) Sebab – akibat.

Contoh: Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor.

b) Akibat – Sebab.

Contoh: Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.

c) Akibat – Akibat.

Contoh: Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.


Induksi dalam Metode Eksposisi

Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.


Langkah menyusun eksposisi:

• Menentukan topik/tema

• Menetapkan tujuan

• Mengumpulkan data dari berbagai sumber

• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih

• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.



Berfikir Deduktif

Silogisme Kategorial
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.


Premis Umum: Premis Mayor (My)


Premis Khusus: Premis Minor (Mn)


Premis Simpulan: Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor dan predikat simpulan disebut term minor.


Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut :
  • Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor dan term penengah
  • Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan:
  • Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
  • Dari premis yang postif, akan dihasilkan simpulan yang positif
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.


“Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.”

Dari premis mayor khusus dan premis mayor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan, dari contoh silogisme kategorial.


Contoh:
  • My: Semua pekerja di Sharp adalah lulusan S1.
  • Mn: Novry adalah pekerja.
  • K: Novry lulusan S1.
  • My: Tidak ada manusia yang sempurna.
  • Mn: Novry adalah manusia.
  • K: Novry tidak sempurna.
  • My: Semua pekerja memiliki keahlian.
  • Mn: Novry tidak memiliki keahlian.
  • K: Novry bukan pekerja.


Silogisme Hipotesis

Silogisme adalah proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran silogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term penengah (M). bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan baru (konsekuens). Proses menarik suatu kesimpulan dari premis-premis tersebut disebut penyimpulan.


Suatu premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik. Pada pokoknya silogisme mempunyai dua bentuk asli, yaitu: silogisme kategoris dan silogisme hipotetis.


Silogisme hipotesis terdiri dari suatu putusan bersayarat sebagai ”mayor”dalam bentuk ”apabila p maka q”(”p”dan ”q”adalah dua proposisi),lalu suatu ”minor”yang dapat terjadi dalam empat bentuk,dan akhirnya kesimpulan.


Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis, dan premis minornya bersifat katagorial. Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaiu :


Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
  • Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek (premis mayor)
  • Hari ini cerah (premis minor)
“Maka saya akan kerumah kakek (kesimpulan).”


Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen.Contoh :
  • Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor )
  • Sekarang terjadi global warming (premis minor)
  • Maka hutan banyak yang gundul (kesimpulan).
  • Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari anteceden.
Contoh :
  • Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak akan maksimal.
  • Pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal


Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen.
Contoh :
  • Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan
  • Para demonstran akan turun ke jalan
“Jadi presiden Mubarak tidak turun.”


Kaidah silogisme hipotesis

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.


Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:

1. Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2. Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3. Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4. Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut:
  • Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.

“Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.(benar = terlaksana)”

Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
  • Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.


“Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)”

Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.



Silogisme Alternatif

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.


Contoh :
  • Nenek Sumi berada di Bandungf atau Bogor.
  • Nenek Sumi berada di Bandung.
  • Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Contoh :
  • My: Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
  • Mn: Kucing berada di luar rumah
  • K: Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah


Silogisme Entimem

Di atas telah disinggung bahwa silogisme jarang sekali ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam tulisan pun, bentuk itu hampir tidak pernah digunakan. Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimem. Entimem ini pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, di dalam entimem salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

Contoh:
  • Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:

a. menipu adalah dosa

b. karena (menipu) merugikan orang lain.


“Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor


(karena bersifat khusus)”


Maka silogisme dapat disusun:
  • Mn: Menipu merugikan orang lain
  • K: Menipu adalah dosa.
Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin subjeknva “menipu”. Kita dapat menalar kembali dan menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa. Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula kita cari dulu ke- simpulannya. Kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah kata-kata seperti jadi,


maka, karena itu dengan demikian dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa premis yang dihilangkan.




Penalaran

Pengertian Penalaran

A. Metode Penalaran

Terdapat dua jenis metode penalaran yaitu penalaran deduktif dan induktif:
  • Metode Induktif
Metode berpikir induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasi pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini panalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.

Contoh: Ani bersekolah dengan memakai seragam merah puti karena masih SD,Anton Bersekolah dengan memaki seragam merah putih karena dia masih SD.

Kesimpulan: Semua siswa yang masih SD memaki seragam merah putih saat bersekolah
  • Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

B. Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar.

Tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar. contoh penalaran induktif adalah : kerbau punya mata, anjing punya mata dan kucing punya mata.” Setiap hewan punya” penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistic.

Penalaran induktif ini mengangkat 1 kasus untuk ditarik dalam kesimpulan umumnya. contohnya kurang banyak. dan meski penalaran induktif sudah kuat dengan contoh yang banyak, kesimpulan induktif yang dihasilkan pun masih bisa dipertanyakan keabsahannya. sementara lebih jauh, penulis blog ingin tahu apakah kesimpulan tersebut berlaku jika diaplikasikan kepada pihak lain, dalam hal ini kepada ulil.

Berbeda dengan penalaran Deduktif, penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. Jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan. contoh penalaran deduktif adalah :

Contoh:

- semua hewan punya mata
- anjing termasuk hewan
“Anjing punya mata”

Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena:

Contoh:
  • Proposisi majemuk adalah proposisi yang terdiri atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh:
  • Proposisi kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak memerlukan syarat apa pun.
  • Proposisi kondisional adalah kebalikan dari proposisi kategorial, yaitu proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya memerlukan syarat tertentu. Proposisi kondisional dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
Proporsisi kondisional hipotesis adalah proposisi yang mengandung hubungan sebab dan akibat.
Proposisi kondisional disjungtif adalah proposisi yang mengandung dua pilihan.

Contoh:
  • Proposisi positif/affirmative adalah proposisi yang memiliki kesesuaian antara subjek dan predikatnya. 
  • Proposisi negatif adalah kebalikan dari proposisi positif, yaitu proposisi yang tidak memiliki kesesuaian antara subjek dan predikatnya. 
  • Proposisi khusus/spesifik adalah proposisi yang biasanya diawali dengan kata ’sebagian’. B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa. Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
Implikasi diwujudkan dengan pernyataan “jika-maka” atau juga “if-then“. Implikasi adalah suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah ketika sebab bernilai benar DAN akibat bernilai salah. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel kebenaran berikut:

C. Kesalahan Penalaran

Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat dan karena dorongan emosi.

Salah nalar ada dua macam:

1. Salah nalar induktif, berupa:
  • Kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas
  • Kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat 
  • Kesalahan analogi
  • Kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi
  • Kesalahan karena adanya term keempat
  • Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi
  • Kesalahan karena adanya 2 premis negatif
D. Konsep dan Simbol dalam Penalaran

Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.

Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

E. Ciri-ciri Penalaran

1. Dilakukan dengan sadar
2. Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
3. Sistematis
4. Terarah, bertujuan
5. Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
6. Sadar tujuan
7. Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
8. Pola pemikiran tertentu
9. Sifat empiris rasional

Proposisi
Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri. Kalimat yg berbeda dapat mengekspresikan proposisi yang sama, jika artinya sama. Berdasarkan dari kriteria proposisi terbagi menjadi 4 yaitu, bentuk, sifat, kualitas, dan kuantitas.

A. Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya, proposisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

Proposisi Tunggal

Proposisi tunggal adalah proposisi yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
  • Premis 1: Semua ibu menghasilkan asi 
  • Premis 2: Fika menyusui bayi pertamanya 
“Fika menghasilkan asi.”

Proposisi Majemuk
  • Premis 1: Semua orang yang ingin masuk surge maka harus rajin beribadah dan berbuat baik kepada sesama 
  • Premis 2: Saya ingin masuk surga 
Kesimpulan : Saya harus beribadah yang baik dan berbuat baik pula kepada sesama.

B. Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, proposisi juga terbagi menjadi dua jenis, di antaranya:

Proposisi Kategorial

Contoh:
  • Semua kambing adalah herbivora. 
Proposisi Kondisional
  • Proposisi Kondisional Hipotesis
Contoh:

Andai aku Presiden RI aku akan berantas para koruptor.

Proposisi Kondisional Disjungtif

“Dia seorang Dokter atau Suster?.”

C. Berdasarkan Kualitas

Berdasarkan kualitasnya, proposisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

Proposisi Positif/Affirmative

Contoh:
  • Semua mahasiswa yang ber ipk di atas 3.25 akan mengambil jalur skripsi. 
Proposisi Negatif
Contoh:
  • Semua pegawai pajak adalah markus. 
D. Berdasarkan Kuantitas

Berdasarkan kuantitasnya, proposisi juga terbagi ke dalam dua jenis, antara lain:

Proposisi Umum

Proposisi umum adalah proposisi yang biasanya diawali dengan kata ’semua’, ‘tidak satu pun’,’seluruh’.

Contoh:
  • Tidak satu pun orang yang ingin masuk neraka. 
Proposisi Khusus/Spesifik

Contoh:

Sebagian asal usul jati diri Fadli adalah keturunan Jerman 


Inferensi dan Implikasi

A. Inferensi
Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara). Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis.

Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis. Inferensi terbagi menjadi 2, diantaranya Inferensi langsung dan Inferensi tidak langsung.

Inferensi Langsung

Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.

Contoh:

“Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.

Maka inferensi dari ungkapan tersebut: “bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.”

Inferensi Tidak Langsung

Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.

Contoh:

A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.

Contoh yang lain :

A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.

Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon.
B. Implikasi

Tetapi kita harus ingat kalau “jika A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi hanyalah berjalan satu arah saja.

Contoh:

“Jika lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”

kalimat diatas tidak akan sama dengan:

“Jika kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah menyala”

Wujud Evidensi

Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan. Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.


Cara menguji data

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.

Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut. (Observasi, Kesaksian, Autoritas).

Cara Menguji Faktor

Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta atau bukan, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan, sehingga benar-benar meyakinkan kesimpulan yang akan diambil.
  • Konsistensi
Adalah melakukan suatu kegiatan secara terus menerus dengan tekun dan benar tanpa keluar dari jalur atau batasan batasan yang telah di tentukan maupun sesuai dengan ucapan yang telah dilontarkan. konsisten salah satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.
  • Koherensi
Adalah bagaimana membuat peralihan-peralihan yang jelas antar ide-ide, membuat hubungan yang jelas antar kalimat dari sebuah paragraph dan membuat hubungan antar paragraph jelas dan mempermudah para pembaca untuk mengerti. Koherensi haruslah jelas, lengkap, susunan serta pengembangan materinya harus logis.


Cara Menguji Autoritas

Menghindari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut:

“Tidak mengandung prasangka”

Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
  • Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
  • Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.
  • Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.