MANUSIA DAN CINTA KASIH

Sabtu, 30 Maret 2013

A. MAKNA CINTA DAN KASIH SAYANG


1. Makna Kasih Sayang
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminto, kasih sayang diartikan dengan perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Ada berbagai macam bentuk kasih sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi penyayang dan yang disayangi. Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka di dalam berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.
Dalam kasih sayang ini sadar atau tidak dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, akan terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
Yang dapat merasakan kasih sayang bukan hanya suami atau istri atau anak-anaknya yang telah dewasa, melainkan bayi yang masih merah pun telah dapat merasakan kasih sayang dari ayah atau ibunya.
Dapat disimpulkan bahwa :
Kasih sayang dialami oleh setiap manusia, karena kasih sayang merupakan bagian hidup manusia. Sejak lahir anak telah mengenal kasih sayang, meskipun ada pula kelahiran anak tidak diharapkan, namun hal itu termasuk perkecualian. Kelahiran anak yang tidak diharapkan, umumnya bukan lahir karena hasil kasih sayang.
Kasih sayang yang berlebihan cenderung merupakan pemanjaan. Pemanjaan anak berakibat kurang baik, karena umumnya anak yang dimanjakan menjadi anak yang sombong, pemboros, tidak saleh, dan tidak menghormati orang tua.


2. Kasih Sayang dalam Keluarga
Bila percintaan pria-wanita diakhiri dengan perkawinan maka di dalam kehidupan berumah tangga, keluarga ini akan menemukan kebahagiaan mereka. Cinta yang semula hanya terbatas antara sepasang muda-mudi, kini berkembang dengan kasih sayang terhadap si Buyung yang mungil.
Zaman sekarang ini banyak orang merasakan bahwa kebahagiaan itu adalah suatu keadaan abstrak yang sulit dicapai. Sebetulnya masih ada banyak jalan untuk menemukan kebahagiaan atau setidak-tidaknya untuk mengurangi pukulan badai kehidupan. Memang seringkali manusia tidak dapat lolos dari kesulitan sosial dan ekonomi. Namun dengan membangun kasih sayang yang erat dalam keluarga maka setidak-tidaknay kita mempunyai suatu tempat damai dan teduh, di tengah kemelutnya persoalan hidup.


3. Makna Kemesraan
Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih yang telah mendalam. Filsuf Rusia, Salovjev dalam bukunya “MAKNA KASIH” menyatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar ke luar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain”.
Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah “Romeo dan Juliet”. Bila di Indonesia kisah Rara Mendut Pranacitra.
Yose Ortega Y Gasset dalam novelnya “On Love” mengatakan, “di kedalam sanubarinya seseorang pencinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan objek cintanya. Persatuan bersifat kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya”.
Selanjutnya Yose mengatakan, bahwa si pencinta tidaklah akan kehilangan pribadinya dalam aliran energi cinta tersebut. Malahan pribadinya akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta yang demikian merupakan pintu bagi seseorang untuk mengenal dirinya sendiri.
Di bawah sorotan pandangan evolusi, cinta menjadi lebih agung lagi, karena ia merupakan daya pemersatu dalam alam semesta, dan kondisi utama yang memungkinkan hidup. Kemampuan mencintai ini memberi nilai pada hidup kita dan menjadikan ukuran terpenting dalam menentukan apakah kita maju atau tidak dalam evolusi kita.
Dari uraian di atas terlihat betapa agung dan sucinya cinta itu. Bila seseorang mengobral cinta, maka orang itu merusak nilai cinta, yang berarti menurunkan martabat dirinya sendiri.
Cinta yang berlanjut menimbulkan pengertian mesra atau kemesraan. Kemesraan adalah perwujudan dari cinta. Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia. Dengan kemesraan orang dapat menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
Hubungan yang akrab dituangkan dalam bentuk seni misalnya seni pahat, seni patung, seni lukis, seni sastra dan sebagainya sesuai dengan bakatnya. Dalam seni tari berbagai daerah mengenal bentuk tari kemesraan seperti tari “Karonsih” dari Jawa Tengah, tari “Gatotkaca Gandrung” juga dari Jawa Tengah. Tari “Merak” dari Jawa Barat, dan lain-lain yang biasanya ditarikan dalam resepsi perkawinan.
Dapat disimpulkan bahwa :
Kemesraan adalah hubungan akrab antara pria-wanita atau suami-istri. Kemesraan merupakan bagian hidup manusia. Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai kasus kemesraan. Kemesraan dapat membangkitkan daya kreatifitas manusia untuk menciptakan atau menikmati seni budaya, seni sastra, seni musik, seni tari, seni lukis, dan sebagainya.
Dalam lukisan seni budaya itu mengandung nilai-nilai kehidupan moral pelakunya, kebobrokan sosial, ketidakadilan, dan sebagainya. Semua itu wajib dikaji para cendekia agar dirinya tidak terkukung dalam bidangnya.


4. Makna Pemujaan
Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini, dikarenakan pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makan kehidupan yang sebenarnya. Penyebab hal itu terjadi karena Tuhan pencipta alam semesta. Seperti dalam Surat Al-Furqan ayat 59-60 yang menyatakan : “Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta apa-apa diantara keduanya dalam enam rangkaian massa, kemudian Dia bertahta di atas singgasana-Nya. Dia Maha Pengasih, maka tanyakanlah kepada-Nya tentang soal-soal apa yang perlu diketahui”. Selanjutnya ayat 60, “Bila dikatakan kepada mereka, Sujudlah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih”.
Tuhan adalah pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintah-Nya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja-Nya. Dalam surat Al-Mukminin ayat 98 dinyatakan : “Dan aku berlindung kepada-Mu. Ya Tuhanku, dari kehadiran-Nya di dekatku”. Dan dalam Injil surat Rum 1 : 2 berbunyi, “Muliakanlah Dia sebagai Allah atau mengucapkan syukur kepada-Nya”.
Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada Tuhan adalah bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia.


a. Cara pemujaan
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi dan situasi. Sembah yang di rumah, di masjid, di gereja, di pura, di candi bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan.
Di alam semesta ini tidak ada seorang pun yang membantah bahwa Tuhan itu pencipta segala-galanya. Bahwa Tuhan Maha Penguasa, Tuhan Maha Tahu, Tuhan Maha Menentukan, Tuhan Maha Bijak, Tuhan Maha Kasih dan masih banyak maha lagi sifat Tuhan, tidak ada yang menyangkal.
Dalam kehidupan sehari-hari orang menyatakan, “Tuhan telah menggariskan” dan lain-lain. Itu semua pertanda orang mengakui kebesaran Tuhan.
Oleh karena itu, pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal itu berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar dan lain-lain.


b. Tempat pemujaan
Masjid, Gereja, Candi, Pura dan lain-lain lagi adalah tempat manusia berkomunikasi dengan Tuhannya atau yang dianggap Tuhan. Di tempat-tempat itu dianggap Tuhan “berada”. Karena itu orang Islam menamakan masjid “rumah Allah”, maka wajarlah tempat-tempat itu dibuat sebagus mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena tempat itu dianggap suci, maka tidaklah pantas dan tidak wajar bila tempat-tempat itu dipergunakan untuk segala keperluan, kecuali keperluan untuk membesarkan nama Tuhan.
Hal ini merupakan bukti akan kemaksimalan bangsa Indonesia pada waktu itu akan cintanya kepada “Tuhannya”. Banyak pemeluk agama yang berusaha membangun tempat pemujaan sebesar dan sebagus mungkin.


c. Berbagai seni sebagai manifestasi pemujaan
Seperti dikemukakan di depan cinta menimbulkan daya kreatifitas antara lain ialah mencipta. Dalam seni pahat banyak kita jumpai arca-arca yang menggambarkan dewa-dewa atau sesuatu yang dipujanya. Sudah tentu tinggi rendahnya hasil seni itu bergantung kepada kemampuan penciptanya.
Seni tari pun ada pula yang bersifat mengagungkan nama Tuhan atau yang dianggap “tuhan”. Misalnya tari Sanghyang Dedari dan tari Sanghyang Jaran di Bali adalah tarian bersifat keagamaan. Tari itu hanya ditarikan pada upacara agama dan tidak boleh ditonton oleh para turis, penontonnya sangat terbatas. Lagi pula tarian itu ditarikan pada dini hari tidak sembarang waktu.
Dapat disimpulkan bahwa :
Pemujaan terhadap Tuhan pada hakikatnya merupakan manifestasi cinta kepada Tuhan. Cinta membangkitkan daya kreatifitas. Pengertian dasar kreatifitas adalah mencipta, menemukan, berkarya, mencari bentuk-bentuk yang dapat mewujudkan hubungan yang misterius. Dalam mencari bentuk-bentuk ini pemujaan dapat berupa : sembahyang sebagai media berkomunikasi, membangun tempat beribadah yang sebaik dan seindah mungkin, mencipta lagu, puisi, novel, film dan sebagainya.


5. Makna Belas Kasihan
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada 3 macam cinta :
Pertama, cinta agape ialah cinta manusia kepada Tuhan yang diterangkan pada kegiatan Belajar. Kedua, cinta philia ialah cinta kepada ayah ibu (orang tua) dan saudara. Dan ketiga cinta eros amor ialah cinta antara pria dan wanita. Beda antara cinta eros dan amor ini ialah cinta eros karena kodrati sebagai laki-laki dan perempuan, sedangkan cinta amor karena unsur-unsur yang sulit dinalar, misalnya gadis normal yang cantik mencintai dan mau dinikahi seorang pemuda yang kerdil.
Di samping itu masih ada cinta lagi yaitu cinta terhadap sesama. Cinta terhadap sesama. Cinta terhadap sesama merupakan perpaduan antara cinta agape dan cinta philia.
Cinta sesama ini diberikan istilah “belas kasihan” untuk membedakan antara cinta kepada orang tua, pria wanita, cinta kepada Tuhan. Masih ada cinta lagi yaitu cinta kepada bangsa dan tanah air, tetapi pada kegiatan belajar 4 ini hanya dibicarakan cinta kepada sesama.
Dalam esay “On Love” ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuan tanpa syarat. Itu berarti dalam rasa belas kasihan tidak mengandung unsur “pamrih”. Belas kasihan yang kita tumpahkan benar-benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas. Kalau kita memberikan uang kepada pengemis agar mendapat pujian, itu berarti tidak ikhlas berarti ada tujuan tertentu. Hal seperti itu banyak terjadi dalam masyarakat.
Dalam, esay itu pula dijelaskan bahwa orang yang menaruh belas kasihan dan yang ditumpahi belas kasihan ada kebersamaan yang mendasar, maksudnya yang berbelas kasihan dapat merasakan penderitaan orang yang dibelaskasihi.

Cara-cara menumpahkan belas kasihan


Berbagai macam cara orang memberikan belas kasihan bergantung kepada situasi dan kondisi. Ada yang memberikan uang, ada yang memberikan barang, ada yang memberikan pakaian, makanan dan sebagainya.
Belas kasihan terhadap sesama pada hakikatnya adalah cinta kasih terhadap sesama, yang berarti melaksanakan ajaran agama. Bahwa kita wajib mencintai sesama berarti orang itu berbudi. Berbudi perbuatan yang dipuji oleh Allah SWT. (surat Al-Qalam : 4)
Cara orang menumpahkan rasa belas kasihan bermacam-macam sesuai dengan siapa yang dibelaskasihani dan bergantung kepada situasi dan kondisi.
Belas kasihan dapat menimbulkan daya kreatifitas yang berarti orang yang dapat berbuat, berkarya, mencipta, mencari, menemukan dan lain-lain. Dalam seni budaya belas kasihan dapat berupa bermacam-macam bentuk seni : seni suara, seni puisi, seni sastra (prosa) dan lain-lain.
Bentuk-bentuk seni budaya tersebut mengandung nilai-nilai hidup, norma serta moral, yang bila dikaji akan mempertinggi daya tangkap, persepsi serta penalaran dan wawasan kita.
Dapat disimpulkan bahwa :
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran, dan seimbang.
Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli pikir berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa pengalaman estetik sebagai suatu keselarasan dinamik dan perenungan yang menyenangkan. Dalam keselarasan itu seseorang memiliki perasaan seimbang dan tenang dan mempunyai citarasa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat di tengah-tengah kesempurnannya yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.

6. Cinta Kasih Erotis
Dalam cinta kasih persaudaraan merupakan cinta kasih antar orang yang sama dan sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih terhadap orang-orang lemah yang tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara kedua jenis tersebut, kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada hakikatnya cinta kasih tidak terbatas kepada seseorang saja.
Pertama-tama cinta kasih erotis kerap kali dicampurbaurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa jatuh cinta, yaitu keruntuhan tiba-tiba tembok yang sampai waktu itu terdapat diantara dua orang yang asing satu sama lain. Tetapi, seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakikatnya hanyalah sementara saja. Bilamana orang asing tadi telah menjadi seorang yang diketahui secara intim, tak ada lagi rintangan yang harus diatasi, tidak ada lagi kemesraan tiba-tiba yang harus diperjuangkan. Pribadi yang dicintai telah dipahami orang seperti dirinya sendiri. Atau barangkali harus dikatakan “kurang” dipahami seperti dirinya sendiri. Apabila terdapat perasaan yang lebih mendalam terhadap pribadi yang lain apabila orang dapat mengalami ketakterhitungkan pribadinya sendiri, maka pribadi orang lain tidak pernah akan begitu biasa biasanya, dan kejadian mengatasi rintangan-rintangan dapat terjadi lagi berulang-ulang tiap hari. Tetapi, kebanyakan orang, pribadinya seperti juga pribadi orang yang mudah dipahami cukup lengkap. Untuk mereka intimitas atau kemesraan itu terutama diperoleh dengan cara hubungan seksual. Karena mereka mengalami keterpisahan orang lain terutama sebagai keterpisahan fisik, maka dengan mengadakan penyatuan fisik, orang telah mengatasi keterpisahan fisik, demikian anggapannya.
Di samping itu terdapat pula faktor-faktor lain yang untuk banyak orang mempunyai arti sebagai cara-cara mengatasi keterpisahan, seperti bercakap-cakap tentang kehidupan diri pribadi, tentang pengharapan-pengharapan dan kecemasan-kecemasannya, menampakkan diri dengan segi-segi keanehannya, mengadakan hubungan dan minat yang sama terhadap dunia sekitar, semuanya itu dilaksanakan untuk mengatasi keterpisahan. Bahkan dengan memperlihatkan kemarahannya, kebenciannya, dan memperlihatkan kekurangannya menahan diri, semuanya dianggap bahwa telah dicapai intimitas. Hal ini dapat menerangkan adanya daya tarik perversi (busuk). Yang kerap kali terdapat di antara sepasang pengantin yang rupa-rupanya hanya dapat berdekatan (intim) yang satu terhadap yang lain bila mereka berada di tempat tidur atau bila mereka saling melepaskan amarahnya terhadap satu sama lain. Tetapi, semua jenis intimitas semacam ini kian lama kian cenderung untuk berkurang. Akibatnya ialah bahwa orang mencari hubungan cinta kasih dengan orang lain, dengan seorang asing baru yang kemudian pada gilirannya diubah lagi menjadi dangkal sehingga berakhir dengan keinginan untuk menaklukkannya sekali lagi, untuk memperoleh cinta yang baru itu akan berbeda pula dengan yang sudah-sudah. Ilusi-ilusi ini sangat mudah diperoleh karena sifat keinginan seksual yang sangat mudah menipu diri orang.



B. MANUSIA DAN CINTA KASIH
1. Cinta Kasih
Cinta kasih merupakan paduan dua kata yang mengandung arti psikologis yang dalam, yang sulit didefinisikan dengan rangkaian kata-kata. Mungkin cinta baru dapat dimengerti atau dirasakan bagi orang yang sudah atau sedang dirundung cinta. Cinta kasih merupakan karunia Allah SWT. kepada umat-Nya, manusia makhluk yang paling sempurna dan sebagai khalifah-Nya di muka bumi tercinta ini. Allah menjadikan cinta kasih antara suami istri sebagai dari tanda-tanda kekuasaan-Nya dan bukti kekuasaan-Nya.
Firman-Nya :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Ia menciptakan istri-istri bagimu dari kalanganmu sendiri supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka dan diadakan-Nya cinta kasih sayang antara kamu sungguh, dalam yang demikian itu ada tanda-tanda orang yang menggunakan pikiran.” (QS. Ar Rum : 21)


Maka, cinta kasih adalah tanda kehidupan spiritual dalam akidah orang mukmin dalam kehidupan udara Islami, dalam agama, keluarga, kelompok sosial dan bangsa. Tiadalah sesuatu yang menggembirakan orang-orang seperti bergembiranya dengan kalimat cinta.
Cinta memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab ia merupakan landasan kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak-anak. Ia adalah landasan hubungan manusiawi yang akrab. Ia adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan membuatnya ikhlas berkorban, ikhlas dalam menyembah-Nya, mengikuti jalan-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Pemahaman orang modern bahwa cinta adalah kebebasan tanpa batas dan ikatan serta pelepasan nafsu hewaniyah menjerumuskan mereka dalam kehidupan yang penuh kegoncangan, individualistik, ketidaktenangan dan beban yang semakin berat dan membelenggu.



2. Cinta Kepada Allah
Allah adalah pemberi cahaya (kehidupan). Dia Maha Besar, Maha Adil, Maha Sejahtera. Maka, barangsiapa yang mencintai cahaya (petunjuk) dan kebenaran, berarti ia telah mencintai Allah, karena Dia adalah Maha Cinta.
Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian dan doanya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya, Allah berfirman :
Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)


Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkan kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.


3. Cinta Kepada Rasul (Muhammad SAW)
Cinta kepada Rasul, yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, untuk memberi petunjuk dan membersihkan hati manusia, mengajarkan al-Qur’an dan kebijaksanaan, dipilih sebagai penutup para Nabi, menjadi rasul bagi seluruh umat manusia, dan diturunkan kepadanya Al-Qur’an, kitab Allah yang abadi dan pembenar kitab-kitab-Nya yang telah diturunkan sebelumnya, menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Karena Rasulullah merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Sebagaimana dikemukakan Al-Qur’an :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
(QS. Al-Qalam. 68 : 4)


Dia kekasih Allah dan yang dicintai-Nya. Dia orang Muslim paling awal dan terdepan, pemimpin para Nabi, Rasul paling utama dan pamungkas para utusan.
Dialah yang telah berjuang dengan segala daya dan kemampuan sehingga akidah yang suci murni ini dapat eksis di bumi. Iman dan agama Allah dapat berkembang di dunia manusia. Di samping itu dibimbingnya pula tangan makhluk menuju kepada Al-Khalik.


4. Cinta Orang Tua
Anak merupakan buah alami dari kuatnya kasih sayang suami-istri. Status sebagai ayah merupakan kedudukan mulia, penuh makna sebagai ekspresi bahwa Tuhan telah menumpahkan rahmat-Nya, sehingga keduanya saling dipenuhi rasa kasih sayang dan perasaan tertarik, serta perasaan terikat satu sama lain secara langgeng.
Ikatan yang kuat antara orang tua dengan anak-anaknya merupakan salah satu bentuk hubungan antarmanusia yang paling teguh dan mulia. Tuhan telah memelihara dan menjamin agar hubungan kuat tersebut langgeng dan berkembang sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan hidup manusia dan memantapkan eksistensinya.
Ikatan keluarga dalam Islam dianggap sebagai pemula kelompok sosial. Keluarga terdiri dari orang tua dan anak-anak dan dalam hati orang tua tersebut bersemayam rasa cinta terhadap anak-anaknya yang tak pernah putus. Cinta tersebut adalah cahaya yang diberikan Tuhan kepada mereka. Nabi SAW. menjelaskan kepada para sahabat sambil menunjuk kepada seorang wanita :
“Dapatkah kau bayangkan bahwa wanita ini kelak melemparkan anaknya ke dalam api”. Mereka menjawab : “Tidak”. Nabi bersabda : “Kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya lebih kuat daripada kasih sayang wanita ini kepada anaknya”. (Hadis Syarif).


Cinta tersebut adalah cinta yang dibawa sejak lahir, suatu bentuk cinta alami yang tak dapat dipadamkan oleh siapa pun. Atas dasar alasan inilah maka bukannya Tuhan memerintahkan agar orang tua menjaga kepentingan anak, melainkan memerintah agar anak menjaga kepentingan orang tua.


5. Cinta Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi dirinya dan mengaktualisasikan diri. Ia juga mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan, ketentraman, dan kebahagiaan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Ia juga membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan bahayanya. Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri, kecendrungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindar dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatannya, melalui ucapan Nabi SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal yang gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan diri dari segala keburukan. Firman Allah SWT :
“…Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku akan memperbanyak kebaikan bagi diriku sendiri dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan…”
(QS. Al-A’raf : 188)


Di antara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri, ialah kecintaannya terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup. Kecintaan manusia yang begitu mendarah daging kepada harta, telah dikemukakan Al-Qur’an dalam ayat sebagai berikut :

“Dan sesungguhnya dia amat sangat cintanya kepada harta”.
(QS. Al-Adiyat : 8)


Di antara gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah permohonannya yang terus-menerus agar dikaruniai harta, kesehatan dan berbagai kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana keburukan atau kemiskinan, ia merasa putus asa, dan mengira bahwa ia tidak akan bisa memperoleh karunia lagi, firman-Nya :
“Manusia tidak jemu-jemu memohon kebaikan, tetapi jika mereka ditimpa malapetaka, dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (QS. Fushshilat : 49)


6. Cinta Kepada Sesama Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan kehamornisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada dirinya sendiri dan egoismenya. Juga hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang lain, bekerja sama dengan atau memberi bantuan kepada mereka. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila ditimpa kesusahan dan usahanya yang terus-menerus untuk terus memperoleh kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberi pujian pada orang-orang yang berusahan untuk berlebih-lebihan dalam cintanya terhadap diri sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat, memberikan shalat, memberikan zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya dan orang miskin yang tak bisa meminta-minta, dan menjauhi larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan menyeimbangkan antara cintanya pada dirinya sendiri dan cintanya pada orang lain, dan dengan demikian akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan masyarakat, Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang (miskin) (yang tidak meminta-minta), dan orang-orang yang hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap terhadap azab Tuhannya.”
(QS. Al Ma'arij, 18-27)


7. Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab dialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian dan kerja sama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga.
Firman Allah SWT :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum, 14)


“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran : 14)


Dorongan seksual melakukan suatu fungsi, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksual lah terbentuk keluarga. Dari keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, bumi pun menjadi ramai, bangsa-bangsa saling mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan dan industri menjadi maju. Firman-Nya :
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat : 13)


Dorongan seksual merupakan landasan pembentukan keluarga, dimana suami istri sama-sama mendapatkan kedamaian hati, sehingga timbul rasa tenteram, aman dan damai. Dan antara keduanya timbul perasaan cinta, kasih sayang dan rahmat yang mendorong tetap terpeliharanya kehidupan bersama dengan harmonisnya dan rasa tolong-menolong. Sehingga akan timbul suasana yang segar, bagi pertumbuhan anak-anak, pemeliharaan dan pembentukan kepribadian mereka secara sehat.

KESIMPULAN


1) Makna cinta kasih dibagi menjadi 6, yaitu :
- Makna kasih sayang
- Kasih sayang dalam keluarga
- Kemesraan
- Pemujaan
- Belas kasihan
- Cinta kasih erotis.


2) Manusia dan cinta kasih dibagi menjadi 6, yaitu :
- Manusia cinta kepada Allah
- Manusia cinta kepada Rasul (Muhammad SAW)
- Manusia cinta kepada orang tua
- Manusia cinta kepada diri
- Manusia cinta kepada sesama manusia
- Manusia cinta kepada seksual


3) Kasih sayang yang berlebihan cenderung merupakan pemanjaan. Pemanjaan anak kurang baik, karena umumnya anak yang dimanjakan menjadi anak yang sombong, pemboros, tidak saleh, dan tidak menghormati oran tua.


4) Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih yang telah mendalam


5) Kemesraan adalah hubungan akrab antara pria dan wanita. Kemesraan merupakan bagian hidup manusia.


6) Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan.


7) Cinta kasih adalah tanda kehidupan spiritual dalam akidah orang mukmin dalam kehidupan udara Islami, dalam agama, keluarga, kelompok sosial, dan bangsa.

0 komentar:

Posting Komentar